Tugu Sifmase yang berlokasi di perempatan jalan Prof.Dr.Boediono, Senin (13/12/2021) |
Saumlaki, dharapos.com – Tugu Sifmase, salah satu proyek pemerintah daerah kabupaten Maluku Tenggara Barat (Saat ini Kepulauan Tanimbar – red) dimasa kepemimpinan bupati Bitsael Salfester Temmar yang mangkrak atau terbengkalai sejak tahun 2013 itu akhirnya dikerjakan oleh pemerintah daerah kabupaten Kepulauan Tanimbar.
Penyelesaian pekerjaan itu ditandai dengan pelaksanaan acara adat pemasangan patung pada tugu Ayam oleh tetua adat dari sori Iraratu dan sori Fenanlampir di desa Sifnana, Senin (13/12/2021).
Kepala dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Abraham Jaolath menjelaskan, Sifmase merupakan barang pusaka masyarakat desa Sifanana, kecamatan Tanimbar Selatan dalam bentuk ayam jantan. Proses pekerjaan tugu Sifmase ini berlangsung pada tahun 2013 berupa pembangunan dudukan atau bangunan penunjang tugu melalui kawasan pembangunan cepat tumbuh Pemda Kabupaten Maluku Tenggara Barat.
“Proses pembangunan tugu ayam mengalami kendala sehingga pada tahun 2021 oleh Pemkab Kepulauan Tanimbar barulah dianggarkan lewat Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang untuk pembangunan atau pembuatan tugu ayam,” kata Jaolath.
Meskipun demikian, Abraham Jaolath tidak menjelaskan secara rinci alasan mangkraknya proyek tersebut.
Menurutnya, patung Sifmase berbahan dasar perunggu setinggi tiga meter dan berarnya mencapai 500 kilogram itu dikerjakan oleh para pengrajin di Bantul, Jogjakarta selama sebulan. Biaya pembuatan patung Sifmase ini bernilai Rp.600 juta yang dianggarkan dalam APBD tahun 2021.
“Dari total anggaran itu, terperinci Rp 200 juta untuk perbaikan landasan tugu dan Rp.400 juta untuk pembuatan patung ayam,” tambahnya.
Bupati Kepulauan Tanimbar, Petrus Fatlolon dikesempatan itu tidak menjelaskan soal alasan mangkraknya pekerjaan. Dia hanya menyatakan bahwa membangun tugu bernuansa adat itu membutuhkan waktu yang cukup lama.
Bupati berterima kasih kepada Dinas Cipta Karya yang telah menyelesaikan pekerjaan tugu Sifmase ini. Selain itu, dia juga berterima kasih kepada masyarakat desa Sifnana yang telah memberikan dukungan kepada pemerintah daerah sehingga pekerjaan tugu kebanggaan masyarakat yang berlokasi di perempatan jalan Prof.Dr.Boediono ini dapat dilanjutkan.
“Tugu ayam Sifmase ini kebanggaan tersendiri bagi orang Sifnana karena telah membangun simbol adat yang akan dikagumi oleh generasi muda saat ini dan yang akan datang. Desa Sifnana hari ini telah menunjukkan kepada Tanimbar, kepada Maluku dan kepada Indonesia bahwa Sifnana adalah negeri atau desa adat yang tidak pernah lepas dari warisan leluhur,” kata bupati.
Karena merupakan simbol adat kebesaran masyarakat di desa Sifnana, maka bupati berpesan agar pemeliharaan dan perawatannya merupakan tanggung jawab bersama semua masyarakat desa Sifnana, baik yang ada di desa maupun yang sedang di perantauan.
Selain itu, bupati juga meminta masyarakat desa Sifnana untuk saatnya nanti akan menjelaskan kepada setiap pengunjung yang meminta penjelasan tentang filosofi Sifmase yang terpasang diatas tugu itu.
“Warga Sifnana pun diminta harus tahu soal cerita Sifmase ini agar dapat menjelaskan atau menceritakan kepada para tamu yang akan datang ke kota Saumlaki. Nilai adat ini harus bisa diterjemahkan kepada siapa pun yang ingin mengetahui nilai adat dari Sifmase ini sebagai simbol kebesaran desa Sifnana,” tambahnya.
Tentang Sifmase.
Ketua lembaga adat di desa Sifnana, Liberatus Fenanlampir menyatakan, sejak para leluhur, nama Sifmase disebut sebagai Sifmas Mele. Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, Sifmase berarti ayam emas. Sifmase adalah salah satu ayam jantan yang sakti.
Dipilihnya Sifmase sebagi lambang desa karena pada zaman leluhur, sebelum ayam-ayam di kampung-kampung lain berkokok, Sifmase telah lebih dulu berkokok dan memberi tanda hari akan pagi atau pertanda air pasang atau surut. Suara Sifmase terdengar diseluruh kampung.
Selain lambang kesaktian, Sifmase juga sebagai lambang kedisiplinan. Sifmase tidak tidur nyenyak, tetapi berkokok tepat waktu dan menjadi kompas bagi masyarakat.
Patung Sifmase yang dipajang di tugu Sifmase. (foto : Senin 13/12/2021). |
Kampung Kelyotak adalah salah satu kampung tua di desa Sifnana, yang terletak di sebelah timur dan berbatasan dengan desa Lauran dan Olilit Timur. Penentuan simbol kebesaran desa Sifnana ini telah disepakati oleh para leluhur saat di kampung Kelyotak.
“Leluhur kami menempati Kelyotak pada tahun 1600 sampai dengan 1949. Setelah itu, kami pindah ke desa Sifnana yang sekarang dengan tetap memakai Sifmase,” kata Liberatus Fenanlampir.
Fenanlampir yang didampingi Matheus Ranolat, salah satu tua adat yang bertugas sebagai mangatnyanuk Silai itu menyebutkan bahwa masyarakat di desa Sifnana hingga saat ini percaya bahwa Sifmase masih hidup dan bertempat tinggal di Kelyotak.
“Ayam Sakti ini memang ada. Dia ini Ningrat atau mele dari semua ayam. Kami junjung tinggi karena setelah ayam ini berkokok baru ayam-ayam yang lain ikut berkokok,” kata Matheus.
Pewarta : Novie Kotngoran.