![]() |
Ilustrasi pembunuhan |
Namrole, Dharapos.com
Sikap Kapolres Buru dan jajarannya di tingkat Kepolisian Sektor baik Namrole maupun Waisama yang terkesan tutup mata terhadap kasus pembunuhan Abdulrahman Latuwael (AL) membuat masyarakat adat setempat kecewa.
Akhirnya, atas inisiatif sendiri, Camat Waisama kemudian mengerahkan masyarakat adat untuk mencari Tehmorit Latbual (TL) pelaku pembunuhan AL.
“Kita sebenarnya menunggu adanya tindakan serius dari pihak penegak hukum yang ada di kecamatan Namrole dan Waisama tetapi sampai sekarang ini TL terkesan dibiarkan bebas dan tidak ada upaya dari aparat kepolisian di kedua sektor untuk menangkap yang bersangkutan,” beber salah satu masyarakat adat Waisama yang mendatangi Biro Dhara Pos di Namrole, Ibukota Kabupaten Buru Selatan, pekan kemarin.
Sumber menilai, keputusan yang diambil Camat Waisama dengan meminta tolong masyarakat adat untuk mencari pelaku pembunuhan AL karena dikuatirkan aparat akan kembali bertindak membabi buta terhadap warga lainnya sebagaimana yang dialami Uke Nurlatu.
“Karena kenyataannya, walaupun sudah diketahui siapa pelakunya namun buktinya Bapa Uke Nurlatu jadi korban aksi penganiayaan 6 oknum polisi,” nilainya.
Hal Ini juga untuk membuktikan kepada masyarakat bahwa aparat polisi di Sektor Namrole dan Waisama tidak memiliki kemampuan untuk menyelesaikan kasus tersebut dan kemudian melampiaskannya kepada orang lain.
Olehnya itu, sumber kembali meminta Kapolda Maluku untuk menyikapi persoalan ini terlebih dalam upaya menangkap TL, pelaku pembunuhan.
Memasuki dua bulan pasca terbunuhnya AL, Tehmorit Latbual (TL) yang diduga sebagai pelaku pembunuhan belum juga tertangkap.
Atas fakta ini, Kapolres Buru AKBP. Popy Yugonarko bersama jajarannya khususnya pada Satuan Reskrim Polres Buru maupun Polsek Waisama dan Namrole dinilai tak serius mencari tahu keberadaan pelaku.
Salah satu keluarga Uke Nurlatu, korban penyiksaan 6 oknum polisi di Buru Selatan yang meminta namanya tidak dimuat menuding Kapolres Buru sudah kemasukan angin segar dari pihak keluarga pelaku pembunuhan.
“Buktinya sampai saat ini, Kapolres dan anak buahnya belum juga menangkap pelaku. Ada apa di balik ini semua? Ini kan sangat lucu! Masa Satuan Polres Buru yang di lengkapi dengan ribuan personil kok untuk menangkap seorang Tehmorit Latbual yang terbukti membunuh Abdulrahman Latuwael, mereka tidak mampu melakukannya,” herannya.
Menurutnya, sampai saat ini terkesan tidak ada upaya dari pihak Polres Buru untuk melakukan penangkapan terhadap TL.
Malah pihak keluarga korban, beber sumber, mengaku kesal dengan cara-cara keji pihak aparat Polsek Namrole dan Waisama atas penanganan kasus pembunuhan yang dilakukan TL terhadap AL.
“Bukannya mencari pelaku pembunuhan tapi ini malah Polsek Namrole dan Waisama dengan sengaja mengadu domba antara marga Latuwael dan Nurlatu dengan cara melakukan penangkapan secara membabi buta terhadap Bapak Uke Nurlatu beberapa waktu lalu bahkan disiksa seperti binatang,” kecamnya.
Keluarga juga mengaku sangat kecewa dengan tindakan oknum aparat kepolisian yang tidak melakukan penangkapan terhadap TL namun sengaja memicu terjadinya konflik baru diantara dua marga ini.
“Ternyata semua ini hanya permainan licik dan akal bulus dari aparat Polsek Namrole dam Waisama untuk membuka ruang terjadinya pertumpahan darah diantara marga Nurlatu dan Latuwael,” tegas sumber.
Tidak hanya itu saja, karena pihaknya juga mencurigai Kapolres Buru dan jajarannya tahu keberadaan atau tempat persembunyian pelaku namun sengaja tidak melakukan hal itu.
“Malah sebaliknya mereka bertindak secara membabi buta dengan menangkap dan menyiksa Bapa Uke Nurlatu padahal sudah ada barang bukti berupa tombak dan pengakuan saksi bahkan istri pelaku bahwa tombak yang di gunakan untuk membunuh korban itu benar-benar milik suaminya (TL, red) sesuai yang digunakan pada saat keluar dari rumah sampai terjadi aksi pembunuhan tersebut, suaminya tidak pernah kembali di rumah sampai saat ini,” kecam sumber.
Di kesempatan yang sama, pihak keluarga Uke Nurlatu mendesak Kapolda Maluku turun tangan menyikapi fakta ini.
“Kami dari pihak keluarga korban meminta kepada Bapak Kapolda Maluku untuk bersikap tegas atas anak buahnya yang tidak mampu bekerja profesional,” desaknya.
Kedua Kapolsek baik di Sektor Waisama maupun Namrole sudah sepantasnya diganti, karena dari cara kerja keduanya bukan menyelesaikan persoalan namun sebaliknya malah sengaja memicu masalah baru yang bisa berujung pada pertumpahan darah.
(dp-37)