![]() |
Ilustrasi PSK dibawah umur |
Dobo, Dharapos.com
Salah satu tempat hiburan yang berada di tengah kompleks lokalisasi Kampung Jawa, Kota Dobo, Kabupaten Kepulauan Aru, disinyalir mempekerjakan anak di bawah umur.
Tepatnya di rumah karaoke milik Germo Ani yang lokasinya tepat di lorong II pada areal lokalisasi tersebut.
Yang bersangkutan diduga kuat terlibat dalam kasus Human Trafficking (penjualan anak) di bawah umur.
Kepada Dhara Pos, salah sumber terpercaya media ini yang enggan namanya di muat mengungkapkan bahwa secara jelas Germo Ani telah mempekerjakan anak di bawah umur.
“Saya sendiri melihat langsung dari raut wajah beberapa anak gadis yang melayani para lelaki hidung belang di tempat karaoke tersebut menunjukkan keluguan dan sebenarnya masih punya harapan untuk meraih masa depan yang lebih baik,” ungkapnya.
Sumber mengaku menyesalkan sikap dan cara sang germo yang hanya memikirkan bagaimana caranya mengeruk keuntungan yang sebesar-besarnya dengan memperdaya anak gadis yang masih di bawah umur yang masih di bawah umur dipekerjakan sebagai PSK ,” tegasnya.
Olehnya itu, sumber mendesak aparat Kepolisian dalam hal ini Satuan Reskrim Polres Aru untuk segera menelusuri identitas beberapa gadis PSK yang saat ini dipekerjakan germo Ani.
“Dan jika terbukti betul bahwa mereka masih di bawah umur, maka Germo Ani harus segera diproses hukum karena kejahatan perdagangan anak,” desaknya.
Sementara itu, informasi yang dihimpun media ini, belum lama ini polisi diketahui berhasil menggagalkan upaya pemulangan beberapa PSK ke tempat asalnya di pulau Jawa.
Upaya pemulangan tersebut kabarnya dilakukan oleh Germo Ani terhadap beberapa pekerjanya yang diduga masih di bawah umur.
Dan sempat dilakukan pengamanan oleh polisi guna dimintai keterangan. Namun anehnya, para pekerja tersebut akhirnya dilepas kembali.
Hingga saat ini, belum diperoleh informasi terkait alasan apa yang mendasari tindakan yang dilakukan polisi tersebut.
Sebelumnya, aparat Kepolisian berhasil mengungkap kasus kejahatan perdagangan anak di bawah umur belakangan di lokalisasi Kampung Jawa.
Modus perdagangan anak tersebut dilakukan salah satu germo yang selama ini malang melintang di lokalisasi tersebut.
Sang germo yang bernama Komariah ini ternyata tidak memiliki jiwa kemanusiaan. Pasalnya, demi mengeruk keuntungan yang besar dirinya dengan beraninya menjajakan sejumlah anak gadis yang masih di bawah umur kepada para pria hidung belang.
Terbongkarnya bisnis yang dilakukan sang germo tersebut berawal, ketika sejumlah aparat Kepolisian yang diutus langsung dari Jawa Timur tiba di kota Dobo guna mengecek dan memastikan tempat lokalisasi yang dikelola Komariah.
Setelah memperoleh informasi yang cukup, dan berkoordinasi dengan aparat kepolisian dari markas Kepolisian Resort Kepulauan Aru, pada Kamis (16/4) tahun 2015 lalu, sekitar pukul 15.00 Wit, dipimpin Kapolres Aru, tim langsung mendatangi areal lokalisasi dan melakukan penggerebekan.
Saat terjadi penggerebekan di kediaman Komariah, ternyata dugaan aparat polisi terhadap apa yang di lakukan sang germo terbukti benar.
Sang germo bejat tersebut kedapatan mempekerjakan empat orang anak gadis yang berumur 14, 15, 16, dan 17 tahun.
Keempat anak gadis itu dijajakan Komaria, sebagai PSK untuk melayani para lelaki hidung belang.
Komaria dan ke empat anak gadis tadi langsung digiring ke Polres Aru untuk menjalani proses pemeriksaan lebih lanjut.
Menyikapi hal tersebut, salah satu sumber yang enggan namanya dimuat kepad Dhara Pos meminta pihak-pihak yang memiliki kewenangan terkait persoalan seperti ini untuk lebih jeli dan peka terhadap gejolak yang terjadi di tengah warga masyarakat di Kabupaten Kepulauan Aru.
“Hal serupa bisa saja terjadi pada gadis yang usianya belasan tahun di daerah ini. Karena yang dikuatirkan, mereka gampang diperdaya dengan iming-iming uang maupun pekerjaan padahal tanpa disadari mereka sudah terjerat dalam sindikat bisnis PSK,” imbuhnya.
Fakta ini, tegas sumber, sangat berpeluang terjadi di Aru.
“Di pulau Jawa saja yang dasar pendidikannya sudah sangat baik dengan taraf wawasan intelektual yang cukup tinggi masih bisa dipengaruhi. Apalagi di sini (Kepulauan Aru-red),” cetusnya.
(dp-31)