Daerah

Kapten Buyung Bantah Terlantarkan Kru KM. Maju Setia XVI di Selaru

10
×

Kapten Buyung Bantah Terlantarkan Kru KM. Maju Setia XVI di Selaru

Sebarkan artikel ini

Buyung Kapten KM
Buyung, Kapten KM. Maju Setia XVI

Selaru, Dharapos.com – Kapten Kapal Motor (KM) Maju Setia
XVI, Buyung, yang sempat dikeluhkan sengaja menelantarkan kru kapal di pulau
Selaru, kabupaten Kepulauan Tanimbar akhirnya angkat bicara.

as

Buyung menjelaskan, apa yang disampaikan Cip soal dirinya
beberapa waktu lalu melalui pemberitaan media, itu semua tidak benar.

Kapten yang kemudian dimintai keterangan oleh media ini
menyatakan, dirinya dan ke 26 kru KM Maju Setia kurang lebih sebulan masih
berada di Selaru, dalam  keadaan aman dan sangat dijamin baik oleh Pemerintah
desa (pemdes) dan masyarakat setempat.

“Sebelum terdampar, jarak antara kapalnya dengan kota Dobo,
Kepulauan Aru itu sebenarnya 300 mil karena sudah berada pada lintang 4 dan ke
pulau Selaru hanya 120 mil karena sudah pada lintang 8. Saat berada pada
lintang 8 itulah kemudi kapal rusak dan tak bisa lagi digunakan hingga kami
terdampar di desa Fursui, kecamatan Selaru, Kabupatén Kepulauan Tanimbar,”
ungkap Buyung di Fursui, baru-baru ini.

Buyung menegaskan, jika dirinya memaksakan untuk ke Dobo
maka mereka akan terbalik dikarenakan kapalnya akan dalam posisi melintang.
Karena itu, dirinya lebih memilih untuk berlindung ke Selaru. 

“Kalau soal GPS yang dijelaskan cip, saya matikan itu
salah karena semua alat masih berfungsi sampai kami menabrak karang,” tegasnya.

Diberitakan sebelumnya, KM. Maju Setia XVI, salah satu kapal
nelayan asal Cilacap, Jawa Tengah akhirnya karam di pesisir pantai desa Fursui,
kecamatan Selaru, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku, Kamis (27/8/2020).

Kapal nelayan yang diketahui mencari cumi di perairan
selatan Maluku itu kandas semenjak Kamis dinihari dan hingga kini belum dapat
dievakuasi.

Sejumlah ABK menyatakan, kapal tersebut nyaris mengalami
musibah dan akhirnya kandas di pesisir pantai Fursui karena tidak memiliki GPS.

GPS kapal hilang saat kapal masih berlayar di perairan Kepulauan
Aru.

Mereka menduga kuat GPS tersebut sengaja dihilangkan oleh
kapten kapal.

“Sebelum terdampar, kita tau persis jarak antara kapal
dengan daratan Dobo,  kepulauan Aru itu adalah 100 mil, namun kapten lebih
memilih untuk  menuju Kepulauan Tanimbar yang jaraknya 360 mil. Kapten
sengaja matikan GPS sebelum terdampar dan pergi tidur sehingga kita tidak bisa
mendeteksi daratan dan kedalaman laut sampai kita menghantam karang” beber
seorang ABK yang tidak mau disebutkan namanya di Fursui, Kamis.

ABK tersebut menerangkan pula bahwa sebelum lambung kapal
menghantam karang, kapal masih dalam keadaan baik dan tidak ada kerusakan.

Hingga kini 28 ABK kapal Maju Setia XVI mengaku
diterlantarkan oleh kapten kapal. Mereka menginap di rumah penduduk dan belum
tahu kapan dipulangkan ke daerah asalnya masing-masing.

“Kami berharap ada perhatian dari pemerintah daerah
setempat untuk bantu pulangkan kami. Kami juga berharap kepolisian dapat lebih
cepat ungkap apa yang terjadi di balik musibah terdamparnya kami di desa Fursui
dan lebih dalam menginterogasi kapten” sambung mereka.

Buyung, kapten kapal tersebut memilih diam saat dimintai
keterangan.

Beberapa kali diajak untuk bercerita namun Buyung memilih
diam dan berjalan meninggalkan wartawan.

Buyung hanya menjelaskan panjang kapal 25 meter dan lebar 5
meter dengan kapasitas muat 55 ton.

(dp-45)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *